Sabtu, 23 Oktober 2010 23:55 WIB
Kupang
(UdoNews) - Pengamat politik dari "Central for Strategic
International Studies" Dr J Kristiadi berharap mahasiswa tetap menjadi
agen pembawa perubahan yang konstruktif dalam proses demokratisasi,
penegakan hukum, pertumbuhan ekonomi dan perbaikan karakter bangsa.
"Empat hal pokok ini harus menjadi pegangan mahasiswa dalam proses
membekali diri dengan ilmu pengetahun secara teori dan praktik, karena
merupakan titik tolak dalam proses pembangunan bangsa Indonesia menjadi
lebih baik ke depan," katanya di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan hal ini di sela-sela kegiatan "Orientasi Pemantapan
Budaya dan Stabilitas Politik" yang diselenggarakan Badan Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) Provinsi Nusa
Tenggara Timur di Kupang pada 22-23 Oktober 2010.
Menurut dia, untuk mencapai perubahan yang konstruktif dalam proses
demokratisasi, penegakan hukum, pertumbuhan ekonomi dan perbaikan
karakter bangsa, maka mahasiswa harus berani mengatakan salah dan benar
segara tegas dan independen tanpa diprovokasi atau diperalat oleh
siapapun.
Untuk terhindar dari kemungkinan diboncengi dalam setiap gerakan menuju
perubahan, maka apa yang dilakukan Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
memprakarsai sebuah gerakan nasional untuk mendorong perubahan, yang
melibatkan elemen-elemen pergerakan kemahasiswaan di Jakarta, hari ini
merupakan salah satu langkah maju menuju perwujudan empat hal pokok
tersebut.
"Targetnya ialah memberi kontribusi positif dan konstruktif secara
kritis bagi terjadinya perbaikan jalannya demokrasi yang semakin
bermartabat demi kelancaran pembangunan yang semakin prorakyat dan
berdiri di atas postulat konstitusi berdasarkan Pancasila," kata Sekjen
Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cokro
Wibowo, kepada UdoNews di Jakarta, Sabtu.
Perhelatan yang dipusatkan di sebuah galeri di Kompleks Taman Ismail
Marzuki (TIM) ini, menurut dia, merupakan upaya awal melakukan
konsolidasi dan menyatukan gerakan mendorong perubahan secara
konstruktif.
"Diskusi kali ini hanya dari, oleh dan untuk mahasiswa demi Indonesia
tercinta. Tak ada niat saja sekali untuk melakukan aksi destruktif.
Seperti kata Bung Karno, `kita harus selalu berada bersama kepentingan
rakyat, jangan menyakiti mereka`. Karena Negara ini didirikan dan
dibangun untuk kepentingan rakyat tanpa memandang latarnya," ujarnya.
Data yang diperoleh UdoNews delapan aktivis tampil sebagai narasumber diskusi tersebut,
yakni Adien (PB PMII), Fito (PP PMKRI), M Ridho (PB PII), Imadudin (BEM
UI), M Fadly (BEM UMJ), Muhammad (Kornas BEM Nusantara), Alit (UBK),
Wendra (Persatuan Mahasiswa, juga fungsionaris KAMTRI, di samping tiga
wakil organisasi penyelenggara.
"Kami perlu untuk terus berkonsolidasi, karena tantangan bersama
semakin tidak mudah. Para intelektual muda perlu semakin peduli terhadap
masalah-masalah yang dihadapi mayoritas rakyat," katanya.
Menurut Kristiady, mahasiswa yang sejak dulu diberi predikat sebagai
agen pembaharuan dan sebagai kekuatan ketiga setelah birokrasi dan TNI
serta pers dalam proses pembangunan demokratisasi, harus juga selalu
menyelaraskan ilmu yang dimiliki dengan perilaku dan cara pandang yang
jauh ke depan tentang apa yang akan terjadi.
Selain itu, tindakan menyelaraskan ilmu dan tindakan penting dilakukan
juga sehingga nantinya akan menghasilkan generasi yang cerdas, jujur,
berakhlak mulia, berbudi pekerti dan peduli terhadap sesama manusia dan
lingkungan.
Untuk itu, mahasiswa dituntut memiliki "soft skill". Melalui
pembelajaran tersebut mereka akan memahami pentingnya beretika,
kreativitas, inisiatif.
Ia mengatakan, mahasiswa selain memperoleh ilmu pengetahuan, juga harus
memahami hal-hal yang bersifat positif yang berasal dari diri sendiri,
sepertu jujur dan bertanggungjawab, sehingga diharapkan mampu meraih
kesuksesan dalam hidupnya.
Dengan kemampuan "soft skill" yang dimilikinya tersebut juga akan
menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam berhubungan dengan orang lain
dan juga sebagai keterampilan mengatur diri sendiri.
Namun untuk meraih berbagai kemampuan tersebut, mahasiswa harus mampu
menyeimbangkan keahliannya agar bisa hidup sukses di dunia kerja dan di
tengah-tengah masyarakat melalui kemampuan kognitif dan "soft skill"
yang dimilikinya(Sbr).
1 komentar:
memang harus begitu... yang namanya mahasiswa dituntut harus memiliki soft skill, dimana itu dapat membantu setiap individu mengembangkan sayapnya di dunia ....
Posting Komentar